"Berbagi cerita adalah salah satu ungkapan syukur dari kehidupan"

Aksi Guru Merdeka Belajar

Posted by : Sandal Kecil
Bagian 1
Bersama Penggerak, Bergerak Bersama

Kurang lebih dua tahun yang lalu, seorang teman seperjuangan mengenalkan saya pada sebuah komunitas. Komunitas ini bernama Guru Belajar. Nama komunitas yang asing di telinga. Awal kali menjadi anggota, saya diberi kesempatan menjadi pembicara daring dan luring. Bisa dibilang pengalaman yang menyadarkan. Ternyata saya yang baru kemarin sore ini perlu lebih dipoles lagi.

Miskonsepsi yang secara pribadi saya alami yaitu, "Minimnya pengalaman mengajar membuat saya selalu kesulitan mengatur kelas." Saya melupakan hal dasar yang membawa saya menjadi seorang guru. Ide-ide semakin menghilang karena banyak mengalami penolakan. Dari situlah saya memutuskan untuk banyak mengenali diri saya di depan anak-anak didik saya. Saya membutuhkan banyak energi positif dan kemerdekaan untuk bisa menjadi guru yang lebih baik lagi bagi anak-anak didik saya.

Tubuh dibersihkan dengan air. Hati dibersihkan dengan air mata. Akal dibersihkan dengan pengetahuan. Dan jiwa dibersihkan dengan cinta. – Ali bin Abi Thalib

Bertemu dengan para penggerak di komunitas ini, seperti menemukan motivator di kala frustasi. Melangkah dan membuat perubahan di dalam kelas kita masing-masing bisa kita lakukan dengan banyak menyimak referensi dari guru seperjuangan. Dalam pelatihan Guru Merdeka Belajar yang kita adakan saat libur hari buruh beberapa waktu lalu, melahirkan pemahaman bahwa tidak cukup seorang pendidik hanya melibatkan murid saja, tetapi seorang guru harus terus belajar untuk memahami murid yang mereka didik.

Kebutuhan berjejaring dan keinginan belajar yang tinggi membawa saya berada di sini. Tanpa dituntut, tanpa diinstruksikan, kami guru akan selalu siap belajar, selama apa yang kami pelajari adalah apa yang kami butuhkan.

Selamat menularkan semangat belajar.
Dari alumni kelas merdeka belajar semarang angkatan pertama  ☺☺☺
Tuesday, May 7, 2019 0 comments

Duduk Bersama

Posted by : Sandal Kecil


Mari duduk bersama
Seperti dulu yang pernah kita lakukan
Membicarakan apa saja yang bisa kita bicarakan
Mungkin saja curahan hati yang selama ini hanya kita pendam sendiri
Mari duduk bersama sebagai seorang sahabat
Yang telah lama tidak bersua


Kehangatan dalam hujan yang dingin
Kesejukan dalam panas terik
Dalam cuaca hati yang sama tidak tentunya
dengan alam yang kita tinggali
Mari duduk bersama
Barangkali, hati kita sejuk saat cuaca panas
hati kita hangat saat di luar sangatlah dingin


Mungkin saja ada sesuatu darimu yang belum aku ketahui
atau dariku yang belum kau kenali
cerita yang membuat kita larut dalam kebersamaan
Mari duduk bersama seperti hari ini
Karena kita tidak pernah tahu
Suatu saat, apakah kita bisa melakukannya lagi
Hanya duduk bersama
 


Monday, January 30, 2017 0 comments

Antara Tumpukan Buku

Posted by : Sandal Kecil


Saat itu saya masih semester enam. Hari yang saya ingat waktu itu, Jumat. Kami bergantian menjaga tumpukan-tumpukan buku yang sedang ditata di lembaran MMT bekas. Kardus-kardus itu harus kami bawa dan angkat sendiri dari toko dan kemudian kami kembalikan langsung sore harinya.

Bazar buku Islami, yang setiap tahun rutin kami laksanakan menjadi bentuk penghargaan kepada setiap tulisan para 'alim yang tengah berdakwah lewat ketikan-ketikan keyboard (dulu goresan pena, jaman sudah berubah... ya ). Waktu itu kami tidak menghitung berapa tenaga yang harus kami kerahkan. Berapa waktu yang harus kami luangkan. Kami menikmatinya.

Sebagai lembaga dakwah kampus yang resmi, dana pemasukan dibanding dengan agenda dakwah yang harus kami laksanakan tidaklah imbang. Besar pasak daripada tiang. Tetapi, dari hal-hal seperti ini kami mengerti seperti apa yang namanya berjuang. Kami kumpulkan hasil penjualan buku kami untuk membiyai program kerja yang lainnya.

Sore hari ketika kami mengangkut sisa tumpukan kardus itu, hujan turun. Saya dan seorang teman sayalah yang paling jauh tertinggal di belakang. Kami berteduh di pom bensin. Kemudian membeli dua bungkus wedhang ronde dari penjual yang tidak jauh dari situ agar kami tidak masuk angin.

Sesampainya di tempat penyetokan, seoarng pemilik salah satu toko itu malah ngomel menyalahkan ketua lembaga, dengan alasan karena bekerja sama dengan toko buku "x". Si pemilik tidak tahu kalau saya sedang ada di situ. Saya melihat muka teman-teman saya yang berubah agak sedih sekaligus kesal.

Entahlah, saya itu kebal atau apa, saya hanya bisa mengajak mereka pulang dan istirahat. Hari ini pasti hari yang melelahkan bagi mereka. Di antara tumpukan-tumpukan buku itu, masih tersimpan kenangan-kenangan kami berjuang bersama-sama.
Saturday, January 28, 2017 0 comments

Spion

Posted by : Sandal Kecil
"Mengingat masa lalu itu seperti menatap kaca spion. Kita tak bisa menatapnya lama-lama di atas laju kendaraan yang kita naiki. Karena yang sebenarnya kita hadapi adalah jalan yang kita lalui. Kita seharusnya fokus pada jalanan di depan kemudian cukup melihat spion sesekali ketika dibutuhkan seperti saat akan berbelok atau menyalip, bukan malahan mantengin spion terus. Hidup kita tetap akan berjalan ke masa depan." (sandal-kecil)

"Mau bagaimana lagi?", kata Fajar. "Kita tidak bisa kembali ke masa lalu untuk memperbaiki semua hal yang kita inginkan. Karena masa lalu adalah hal yang paling jauh yang tidak akan pernah bisa kita kunjungi lagi. Hanya kenangan-kenangan yang tertinggal di alam pikiran kita. Tersimpan sebagai memori di dalam otak seperti folder-folder di dalam komputer yang terkadang susah untuk dihapus, bahkan tersimpan permanen."

Mentari hanya tersenyum mendengar celotehan panjang itu. Baginya, definisi masa lalu itu terlalu panjang namun memiliki arti.
Dia belum pernah bertemu lelaki yang seperti kakaknya itu. Berjam-jam memasang telinganya hanya untuk mendengar keluhannya yang terkadang tidak penting. Jadi hanya mendengar definisi seperti itu, bukanlah hal yang setimpal.

Sambil menggoda kakaknya, Mentari bertanya, "Bagaimana kalau dengan dia?"

"Kau tahu apa yang seharusnya aku lakukan sejak dulu,  sesuatu yang membuatku menyesal, karena belum dapat melakukannya. Aku bukan laki-laki yang mudah memutuskan.
Kau tahu bagaimana keadaan ayah?", tukas Fajar.

"Aku rasa kakak akan baik-baik saja. Sampai kapan pun ayah akan tetap seperti itu, baik kakak mengambil keputusan atau tidak," hibur Mentari.

"Sebenarnya siapa yang anak, siapa yang ayah..., bahkan aku tidak bisa menemukan satu tanggung jawab yang bisa aku contoh.
Aku gagal menyimpan folder-folder kebaikannya. Yang kutemukan hanyalah file-file yang berisi keluh kesah dan protes. Sebenarnya siapa aku ini?" Lanjut Fajar.

Mentari terdiam sejenak. Kemudian dengan tegas dia berkata, "Kau adalah Fajar kakakku, yang terbit sebelum adanya diriku. Jika kakak tidak berada di sini, aku tidak tahu apakah aku tetap akan ada. Kakak juga yang telah membuat Ibu dan ayah memiliki harapan."

Seperti pagi yang menggantikan gelap malam, hari di mana orang-orang pergi mencari penghidupan. Masa lalu memang tidak akan selalu terbuang sia-sia. Mungkin Tuhan tengah menjadikannya sebagai kaca spion untuk kita, agar berhati-hati dalam melaju di jalan kehidupan, yang kadang lurus kadang banyak tikungan, yang kadang mulus kadang terjal. Tugas kita saat ini adalah terus berjalan.










Friday, January 27, 2017 0 comments

Part 10: Xanadu

Posted by : Sandal Kecil
Dari artikel yang kuketahui xanadu adalah warna abu-abu hijau yang berasal dari tanaman yang dikenal sebagai Philodendron. Daun tanaman ini umumnya berwarna hijau dengan warna abu-abu. Tanaman ini banyak terlihat di Australia, tetapi dikatakan bahwa tanaman ini mendapat namanya dari Xanadu, yang merupakan kota kuno yang terletak di Mongolia Dalam, Cina. Sebagian orang memasukkannya dalam daftar warna unik dan langka. Dan warna unik ini justru banyak dimanfaatkan untuk produk warna pelapis tembok sebelum warna cat. Aku pernah melihat Bapakku menggunakan warna pelapis ini sebelum mengecatnya dengan cat berwarna Azure di rumah. Warna yang terlihat tidak menarik ini, terkesan dingin. Bisa dibilang Xanadu bukanlah warna yang bagus untuk cat tembok pada umumnya. Hanya orang yang mengerti seni yang bisa memanfaatkan warna ini dan menempatkannya pada porsi yang tepat. Dingin, cuek, tapi kuat. Itu seperti
karakter dalam tokoh antagonis kartun jepang. Terkedang, bertemu karakter seperti ini di dunia nyata mungkin menjengkelkan. Tapi apa ada? Xanadu, mungkin bukan warna yang umum. Bisa jadi keberadaannya tidak pernah kita akui sebagai sebuah keindaahan. Tapi jika kita tahu bagaimana menempatkannya, mungkin Xanadu akan menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat.
Saturday, January 14, 2017 0 comments

Copyright © 2012 HENSHIN !!! | Naruto Vs Sasuke V2 Theme | Designed by Johanes DJ